THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 10 April 2011

















Jumat, 01 April 2011

AJIAN KHUSUS MILIK PARANORMAL: AJI ANJAN KUMAYAN

Ajian ini sangat luar biasa dan milik khusus kaum paranormal. Sebab dengan memiliki ajian ini maka pengamalnya akan mendapatkan perewangan gaib yang bisa diperintah apa saja.Ajian ini harus digunakan secara bijaksana dan tidak boleh disalahgunakan untuk kejahatan. Bila diamalkan di kuburan, maka arwah orang yang baru saja meninggal pun akan masuk kembali ke raganya sehingga dimungkinkan tubuhnya akan bangun lagi untuk sesaat. Bila berhasil menjalani ajian ini ia akan mendapatkan dua pembantu gaib (perewangan) yang sangat penurut dan dibutuhkan untuk tugas-tugas keparanormalan. Ajian ini biasanya dipraktekkan pada tepat jam 12 malam untuk membantu orang lain yang memerlukan pertolongan.

Cara mengamalkan ajian Anjan Kumayan sebagai berikut:
Puasa 40 hari, berbuka puasa satu kali pada jam 12 malam. Setelah selesai puasa, maka dilanjutkan dengan ngebleng 7 hari 7 malam. Mulai puasa pada hari Rabu Pon.
Untuk mempraktekkan ajian ini baca mantranya sebagai berikut:
INGSUN AMATEK AJIKU SI ANJANG KUMAYAN SHOLLALLAHU ALAIHI WASSALAM, ANJANKU ONO WETAN AKU ONO KIDUL, ANJANKU ONO KIDUL AKU ONO KULON, ANJANKU ONO KULON AKU ONO LOR, ANJANKU ONO NDHUWUR AKU ONO NGISOR, ANJANKU ONO NGISOR AKU ONO TENGAH.
DATLAT ORA KATON, DATLAT ANJAN SING KATON, ANJAN SIRO SUN KONGKON …… (Sebutkan keperluannya).

KUMAYANKU ONO WETAN. AKU ONO KIDUL, KUMAYANKU ONO KIDUL AKU ONO KULON, KUMAYANKU ONO KULON AKU ONO LOR, KUMAYANKU ONO LOR AKU ONO NDHUWUR, KUMAYANKU ONO NDHUWUR AKU ONO NGISOR, KUMAYANKU ONO NGISOR AKU ONO TENGAH.
KUMAYAN ABANG, KUNING, PUTIH LAN KUMAYAN IRENG, DATLAT ORA KATON. DATLAT KUMAYAN SING KATON. KUMAYAN SIRO DAK KONGKON …….(Sebut keperluannya)



sumber@http://wongalus.wordpress.com/category/aji-anjan-kumayan/

AMALAN DARI RASULULLAH SAW, AGAR TERLEPAS DARI KEMISKINAN

Mungkin ini artikel dan Amalan yang sudah banyak orang tahu, dan sedikit saya beberkan yang mungkin akan menjadi tambahan ilmu dan juga menjadi tambahan bagi koleksi perpustakaan dari Kampus kita ini, yang mana amalan ini saya pribadi belum melaksanakannya, karena satu dan banyak hal emang gak ada niat kearah sana, mungkin Allah SWT belum mengizinkan saya untuk mengamalkannya, berikut sepenggal kisah nya : Rasulullah bertemu dengan salah seorang sahabatnya.
Bagaimana keadaanmu hari ini wahai fulan?”, tanya Rasulullah pada suatu hari kepada salah seorang sahabatnya. “Alhamdulillah, baik ya Rasulullah, tapi kalau boleh kami mengadukan kepadamu, kami masih mengalami kekurangan dalam hal ekonomi”. “Oh ya, kalau demikian menikahlah,” kata Rasulullah SAW. “Tapi Ya Rasulullah…bukankah kami sudah beristri,” Jawab Rasulullah: “Ya … nikahlah”. Hal yang demikian terjadi sampai sahabat tadi sudah beristri dengan tiga orang wanita, tapi jawaban Rasulullah tetap sama.
Maka pada lain kali ketika sahabat tadi berjumpa kembali dengan Rasulullah, keadaannya sudah berubah jadi berkecukupan dengan memiliki empat orang istri. (Al-Hadits)
Sepenggal kisah dialog antara Rasulullah dengan sahabat tadi barangkali cukup menggelitik untuk diambil pelajaran. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah hadits ini paling tidak ada beberapa hal:
Pertama, nilai ketaqwaan Indikasi ini dapat dilihat dari kesiapan sahabat tadi untuk
mengikuti dan mematuhi perintah Rasulullah. Artinya selera dan keinginan hawa nafsu disesuaikan dengan keinginan dan kemauan Allah dan RasululNya. “Maka demi Allah yang jiwaku ditanganNya. Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu sampai menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (HR.Bukhari).
Dengan kesiapan moral yang demikian, banyak kita temukan peristiwa yang menakjubkan. Dalam kisah yang ditemukan diantara para sahabat, Abu Bakar Ash Shiddiq misalnya, mampu menginfaqkan seluruh hartanya, Ali bin Abi Thalib mampu tidur di tempat tidur Rasulullah ketika Rasulullah dalam kepungan musuhmusuhnya pada peristiwa hijrah. Dan kejadian-kejadian itu akan terus terjadi dalam kehidupan kita ini jika kita menjadikan taqwa
sebagai basis dalam semua permasalahan.
Barangkali akan aneh dalam kehidupan modern sekarang ini, seorang istri pertama melamarkan istri kedua untuk suaminya, Jawaban semua itu ada pada kesiapan, mendahulukan kepentingan Allah dan RasululNya. ”Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia kan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka” (QS.At-Thalaq/65:2-3).
Kedua, nilai keluwesan & keluasan Syariat Islam Keluwesan Islam, artinya bahwa ajaran dan nilai Islam dapat dilaksanakan dan diterapkan pada semua kondisi masa lalu dan masa kini. Syariat Islam sangat cocok untuk hidup dan kehidupan di dunia dan baik bagi semua manusia, laki-laki dan wanita, orang kaya dan orang miskin. Barangkali untuk contoh diatas, bahkan seorang yang nota bene adalah miskin, justru dianjurkan untuk menikah
kembali oleh Rasulullah. Keluasan Islam tidak akan ditemukan jika hanya didekati dengan
pemikiran (akal) saja, akan tetapi harus dipadukan antara hati (iman) dan akal sehat. Sebab kemampuan otak manusia sangat terbatas, dan banyak persoalan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan keilmuan saja. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala yaitu budak yang berjanji menebus dirinya dari majikannya dengan penuh iman kepada Allah, maka Allah mewajibkan diriNya untuk membelanya dan membantu seorang laki-laki yang ingin menikah
supaya menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah (zina), maka Allah mewajibkan diriNya untuk menolong dan memberinya rezeki”. (HR.Dailami)
Dalam hal poligami misalnya, dorongan seks itu ada pada semua laki-laki, baik dia kaya maupun miskin, sebab memang demikianlah fitrah penciptaan manusia. Ingatkah kita, ketika seorang sahabat mengadukan kepada Rasulullah bahwa dia telah melakukan
hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan. Siapakah sahabat tadi, “ternyata” seorang yang kehidupan ekonominya paspasan, Kifarat yang seharusnya dia bayar adalah infak kepada fakir miskin-orang lain-, akhirnya kembali jatuh kepada dirinya sendiri.
Memang demikianlah adanya, Islam itu indah. Jika ada orang takut kawin (karena) alasan materi, Allah menjawab dalam Al-Qur’an: “Dan kawinilah orang-orang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin), dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya, Dan Allah Maha luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui,”. (QS.An-Nur/24:32).
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata: “Ibnu Abbas bertanya kepadaku:
“Apakah engkau telah menikah?” Aku menjawab “Belum”, ia berkata: ”Menikahlah, karena sesungguhnya sebaik-baik orang Islam adalah yang lebih banyak istrinya” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Ketiga, nilai sosial kemasyarakatan Perubahan tingkat ekonomi sahabat dalam kisah diatas diduga adalah ketika Allah mempertemukan sahabat tadi dengan istri keempatnya yang seorang pengusaha. Artinya barangkali hikmah yang ingin Allah dan Rasul ajarkan adalah adanya suatu kehidupan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya.
Sementara firman Allah SWT.: ”Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)…” (QS. An. Nisa/4:3-4)
Kehidupan rumah tangga antara suami istri adalah kehidupan hubungan timbal balik yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Maka ketika seseorang belum memiliki pasangan, berarti belum sempurna hidupnya, sebab nikah itu separoh dari agama, bahkan kesempurnaannya dikaitkan dengan kehidupan beragamanya. Sebagaimana sabda Rasulullah “Barangsiapa yang dikarunia seorang Istri yang solehah berarti ia telah membantunya menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah yang lainnya”. (HR.Anas bin Malik r.a)
Lantas pertanyaan kebanyakan para suami pasti kalau menambah istri lagi, lalu bagaimana dengan nafkah kepada anak dan istri-istrinya ? Satu saja sakit apalagi dua, tiga atau empat. Maka orang yang secara materi tidak berkecukupan tapi akhlaknya baik, dan layak kawin harus yakin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya (QS.Qn-Nur:32)
Poligami sebagai salah satu dari ketentuan Allah yang dihalalkan bagi kaum laki-laki dan tentunya pasti berguna bagi para perempuan. Karena sunnatullah sepanjang zaman, perempuan akan selalu lebih banyak jumlahnya dari laki-laki, maka jangan menganggap poligami itu keuntungan atau kesenangan bagi kaum laki-laki, tetapi merupakan beban tugas berat yang mulia bagi kaum laki-laki yang harus dihadapi dalam rangka berbagi-bagi kepemimpinan kepada perempuan – perempuan lain yang membutuhkan kepemimpinannya agar berprestasi menjadi khalifah Allah di muka bumi. Maka suami tidak boleh menganggap bahwa jika dia menghadapi kesulitan hidup dengan seorang istri, maka akan lebih sulit lagi kehidupannya bila dia beristri lagi (pindah
tugas baru), artinya setelah tugas pertama selesai dan sukses atau bisa mensolehahkan atau mengislamkan perasaan istrinya.
Maka seorang istri juga dituntut berbuat adil ketika memiliki seorang suami yang siap menjadi pemimpin, tentunya secara kesalehan sosial dan tidak monopoli, sebaiknya harus mau berbagi kepemimpinan suaminya kepada perempuan lain yang membutuhkan kepemimpinannya


sumber@yoesiraone@yahoo.co.uk

ILMU PANCAWARNA TUNGAL JATI

assalamu alikum warohmatullah waborakatu..
alhmdulillah puji syukur khadirat Allah subhanahu wata’ala,,
. Awal mula saya medptkn ijazahan ilmu ini,,sya dptkan dari,,,MUHAMMAD IDRIS NAWAWI tajul alam… dan beliau lah yg mnulis cerita ini,, asal mu’asal dari ilmu pancawarna tunggal jati,,, saya hanya mneruskan pnulisan cerita beliau,ke saudar2  agar bisa dnikmati bersama,menjadi bahan pengetahuan qita akan ilmu2 warisan leluhur bangsa indonesia,,,
mhon mv jika ada yg salah dlam penulisan ini,,, ini hanya sarana pengetahuan saja,,, klo mo percaya moggo.. jika tidak juga mnggo…
Kala kehancuran Majapahit telah diboyong oleh Demak Bintoro, dan peradaban Hindu kian menyusut oleh ajaran Islam, seorang resi agung yang dahulunya menjadi panglima kerajaan Majapahit datang menemui Resi Wanayasa Agung Bimantara Cakra Bumi (julukan Mbah Kuwu Cakra Buana, kala itu) beliau adalah mantan panglima besar Damar Wulan.
Setelah sembah sujud dihadapannya, Damar Wulan, langsung menghaturkan maksud dan tujuannya:
“Duhhh…… Rayi…terimalah hamba sebagai muridmu, sesungguhnya jeng Nabi Muhammad SAW, telah mendatangiku untuk memohon Syafaatmu yang membawa kebajikan dunia akherat, berilah hamba setetes ilmumu wahai putra Siliwangi”.
Lalu Mbah Kuwu Cakra Buana, menengadah wajahnya ke atas dan dilihatnya di alamul Lauh Mahfudz, nama Damar Wulan, telah tercatat sebagai Insanul Jannah di akhir hayatnya kelak. Maka beliaupun men-Syahid Damar Wulan, dan diberikannya ilmu ke Ma’rifatan berupa “Pancawarna Tunggal Jati”.
Selang seminggu kemudian Damar Wulan, datang kembali menemui gurunya Mbah Kuwu Cakra Buana: “Wahai Wali Allah,,,sungguh mulia sekali ilmu Pancawarna Tunggal jati, yang kau berikan kepadaku….. Dahulu saya berpikiran bahwa ilmu yang ada padaku sudah kurasa cukup, namun dengan adanya ilmu Pancawarna Tunggal Jati, semuanya tiada berarti sama sekali. Kini aku sudah maujud dengan apa yang ku cari selama ini, semoga pulau Jawa, akan menjadi bagianmu kelak”. Lalu Damar Wulan-pun menghilang dan tidak pernah kembali lagi.
Dikisahkan pula pada abad 14, dimana para WaliSongo, sudah menduduki maqomnya masing-masing, salah satu dari putra Prabu Siliwangi, yang bernama Kian Santang, malah sebaliknya bertolak belakang dengan sifat kakaknya Prabu Walang Sungsang atau Mbah Kuwu Cakra Buana, yang terkenal arif dan bijaksana.
Kian Santang, dengan jiwa mudanya selalu berambisi untuk menjadi orang No-1 dalam ilmu kesaktian, beliau juga tak segan menantang siapapun yang dianggapnya sakti, baik yang berasal dari aliran putih maupun hitam. Bahkan dimana beliau kedapatan kabar, ada salah satu orang sakti di suatu daerah, beliau langsung mendatanginya untuk mengadu ilmu kesaktian.
Tak jarang para resi dan pertapa lainnya menjadi tumbal kesaktiannya juga para jawara maupun pembunuh bayaran yang benci akan ulahnya tak luput kena getahnya pula.
Hingga di suatu hari beliau kedapatan informasi bahwa di daerah Mekkah, ada salah satu jawara pilih tanding yang terkenal akan kesaktiannya. Tanpa buang waktu beliaupun langsung terbang menuju arah yang dimaksud.
Disini Allah SWT, telah menunjukkan jalan terang baginya, karena sesungguhnya yang di cari Kian Santang, adalah Saiyidina Ali RA, Sahabat Nabi Muhammad SAW, yang kurun dan waktunya sudah jauh berbeda.
Namun atas keagungan-Nya… Saiyidina Ali RA, diturunkan kembali ke bumi untuk membuka hidayah baginya menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.
Sesampainya di tanah suci Mekkah, Kian Santang, langsung bertanya kepada seorang kakek pembawa tongkat: “Wahai kisanak,,,,taukah anda dimana tempat tinggalnya Ali, yang katanya mempunyai ilmu kesaktian luar biasa?”
Yang ditanya diam saja dan sambil menancapkan tongkatnya ke tanah, sang kakek tadi langsung meninggalkan Kian Santang, seorang diri.
Dalam hati Kian Santang, berkata!! Pasti orang ini tahu dimana Ali, berada, maka di kejarlah kakek tadi: “Wahai kakek jangan bikin aku gusar,,,,tolong katakan di mana rumah Ali”. Dengan nada kasar.
“Wahai anak muda, memang aku tahu di mana Ali, berada, namun tolong ambilkan tongkatku,,,aku lupa membawanya” sambil sang kakek menunjuk tongkatnya yang beliau tancapkan tadi.
Kian Santang, dengan entengnya mendatangi tongkat sang kakek, yang tak lain adalah Saiyidina Ali RA, sendiri,,,, Beliaupun langsung mencabutnya. Namun……….apa yang terjadi…..Jangankan tongkat itu tercabut,,,bergerakpun juga tidak.
Berkali-kali Kian Santang, merapalkan ajian untuk bisa mencabut tongkat itu namun semuanya sia-sia. Tahu siapa yang dihadapinya saat ini,,,, beliaupun langsung sujud di kaki Saiyidina Ali RA.
“Wahai kisanak,,,aku mengaku kalah dan ijinkan aku pulang”
Dengan rasa malu Kian Santang, langsung cabut diri, beliau merapalkan ajian terbangnya. Namun lagi-lagi ilmu yang di milikinya tak bisa membawanya pulang. Bahkan bukanya dia langsung raib seperti biasanya, malah sekarang dirinya seperti katak sedang berjongkok, diam dan masih di tempat semula.
Dengan tersenyum Saiyidina Ali RA, berkata: “Kisanak, bila engkau ingin pulang, ada satu ilmu yang bisa menghantarkanmu sampai ke pulau Jawa”.
Merasa dirinya ada harapan,,,, maka di turutilah ucapan sang kakek tadi dan setelah keduanya singgah di salah satu bangunan tua, Saiyidina Ali RA, yang sudah mengenalkan jati diri kepada Kian Santang, mulai mengajarkan Kalimat Syahadatain dan Hakikat Bismillahirrohmanirrohiim.
Selang beberapa hari kemudian Saiyidina Ali RA, menyudahi pengajarannya:
“Wahai Andika, kini sudah saatnya kau pulang, carilah orang yang tubuhnya bercahaya (Nur ke- Walian) berikanlah sorban dan batu ini (kenanga lonjong) padanya, sesungguhnya dialah bagian dari darah putraku Husen. Mengabdillah padanya”.
Dengan menghaturkan sembah bakti, Kian Santang, langsung terbang menuju pulau Jawa. Siang malam beliau terus mencari orang yang bakal menjadi gurunya kelak, rasa haru dan ingin segera bertemu membuatnya haus akan Islam semakin bertambah.
Berbulan-bulan beliau terus mencari dari satu tempat ke tempat lainnya, namun apa yang dicarinya belum juga di ketemukan. Teringat akan kakandanya yang sudah lebih dulu masuk islam, beliaupun langsung mendatanginya guna minta petunjuk atas ciri dari orang yang selama ini di carinya.
Tepatnya pada malam 10 As-Syura tahun 1421M, dimana masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, sedang menggelar Tasyakkur Akbar, atas pergantian tahun Islam, ditengah keramaian umat manusia, seberkas cahaya terang benderang telah menahan kaki Kian Santang, yang akan menuju rumah kakandanya. Ya….Cahaya itu datangnya dari dalam masjid Agung.
Dengan hati berdebar Kian Santang, membelokkan langkahnya menuju pintu dalam masjid, semakin dekat cahaya itu semakin menyilaukan matanya hingga beliau tak sadar kakinya terjatuh atas banyaknya orang yang berlalu lalang di dalam masjid.
Secara spontan Kian Santang, berkata sangat keras!!: “Wahai Nurulloh…..Wahai Waliyulloh….Wahai Ma’rifatulloh…Wahai orang yang mempunyai darah Saiyidina Husen!!!!” Tak ayal ucapannya ini membuat semua orang yang hadir tertuju padanya.
Dengan keadaan masih terduduk karena terjatuh tadi, tiba-tiba Mbah Kuwu Cakra Buana, sudah berada dihadapannya.
Melihat keyakinannya yang begitu matang serta perjalanannya yang cukup lama dalam mencari seorang guru Mursyid, Allah- pun membutakan mata kasarnya dan menggantinya dengan hati Muthmainnah keagungan, sehingga sewaktu melihat apa yang ada di hadapannya saat itu, beliau hanya melihatnya Nur (cahaya ke Walian) yang begitu besar dan agung.
Kian Santang, langsung menubruknya sambil menangis hesteris: “Ya Allah, jadikanlah aku muridnya, dan jadikanlah aku dalam Syafaatnya, sesungguhnya aku tak mampu jauh darinya, Kau sudah menemukan apa yang aku cari selama ini, satukanlah diriku dengan guruku selama-lamanya”.
Dengan perkataan Kian Santang, barusan, semua yang hadir langsung berucap “Asyhadu Anlaa Ilaha Illalloh, Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh!!” Kalimah inilah yang biasa di pakai para Waliyulloh, dimana ada salah satu orang yang diangkat derajatnya menjadi Waliyulloh A’dzom.
Setelah sorban dan batu Kenanga Derajat, pemberian Saiyidina Ali Ra, diserahkan kepada kakaknya, Kian Santang, mulai mengabdi. Dan sejak itu pula beliau tidak pernah satu kalipun memanggil Mbah Kuwu Cakra Buana, dengan panggilan kakak, melainkan beliau memanggilnya dengan sebutan, Syaikhun Kamil atau Syeikhina Ruhul ‘Adzom.
Lima belas tahun Kian Santang, mengabdi kepada kakandanya, dan selama itu pula beliau tidak pernah berani menanyakkan sesuatu apapun kecuali gurunya sendiri yang meyuruh.
Pada suatu malam Mbah Kuwu Cakra Buana, memanggil adiknya Kian Santang: “Adikku….kau kini boleh pergi,,,kurasa ilmumu sudah cukup, sebarkanlah Islam, sebagaimana Rosululloh SAW, mengajarkan pada umatnya”.
“Bila selama kau ikut denganku ada yang musykhil atau kurang paham, katakan saja padaku sehingga hatimu bersih dari sifat Tadbir/hayalan” Dan dengan sifat khiidmat, Kian Santang-pun bertanya secara hati-hati.
“Guruku yang di hormati Allah, memang benar apa yang Syeikh, katakan tadi, sesungguhnya selama ini ada ganjalan yang selalu membebani hatiku. Bila Syeikh berkenan menjawab, saya hanya ingin tahu amalan atau ibadah yang bagaimana sehingga sewaktu pertama kali ku bertemu, tubuh Syeikh sangat bersinar terang. Dan mengapa Saiyidina Ali RA, mengatakan bahwa Syeikh,, bagian dari darah Saiyidina Husen” .
Dengan senyum mengembang, Mbah Kuwu Cakra Buana, menerangkannya: “Adikku, siapapun itu orangnya, bila kita telah diakui oleh alam semesta, niscaya maqomatlah yang menjadi baluran bajunya, dan dimana mereka ditempatkan, maka semuanya tunduk atas karomahnya, tak lain semua itu berawal dari derajatku sendiri, Pancawarna Tunggal Jati”.
“Allah, telah menempatkan Asbabnya masing-masing, dan Allah, tidak pernah melihat hambanya dengan ibadah lahir maupun ilmu kulit, melainkan Allah, akan selalu melihat hambannya dengan cara ketundukkan hamba itu sendiri sebagai Thobaqo Antobaqnya manusia terhadap Tuhannya. Sebagai ahli Jawa, Allah, telah mengutus Malaikat Jibril AS, yang di sampaikan kepada Nabiyulloh Hidir AS, guna menjumpaiku, dengan memberikan ilmu Pancawarna Tunggal Jati. Ilmu ini bagian dari sastra alam semesta, dimana ilmu ini telah menyatu, maka seluruh alam semesta tunduk dalam genggaman tangan (Quthbul Muthlak)”
“Sedangkan mengapa Aku di sebut sebagai titisan darah Saiyidina Husen. Semua tak lain, karena keturunanmu dan keturunanku bukan dari jalurnya melainkan dari Hyang Wisnu dan Batara Brahma. Namun sejak zaman Nabi Adam AS, hingga kini, Allah, telah menempatkanku ditengah jalan keduanya, yaitu menikahkan putriku Pakungwati (dari keturunan Batara) dengan Syarif Hidayatulloh (dari keturunan Islam) sehingga dengan bersatunya kedua aliran ini tidak ada suatu perbedaanpun diantara keduannya untuk menuju Allah SWT.
Disela perpisahannya Mbah Kuwu Cakra Buana, mengijazahkan ilmu “Pancawarna Tunggal Jati” kepada adiknya tercinta Kian Santang. Inilah bunyi ilmu Pancawarna Tunggal Jati.
-Bismillahirrohmanirrohiim.
Pancawarna Tunggal Jati, Angklik Jati Gamparan Gilang Kencana. Kedosan jadi rasa. Wong sejagat buana surem kabeh. Gemebyar……Kaya Lintang Raenaya. Mencorong kaya bulan tanggal empat belas. Nurbuat cahayane para Malaikat. Nur cahya nure Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Nur eka nure para Nabi. Nur asih nure para Wali. Nur sejati neng badan kaula. Yang artinya sebagai berikut:
“Pancawarna Tunggal Jati, jadi wasilah dari segala wasilah yang sangat di muliakan. Apa yang kita harapkan jadi nyata. Orang sedunia tunduk semua. Badanku bersinar terang seperti terangnya bulan tanggal empat belas. Peganganku adalah cahayanya Malaikat. Peganganku adalah cahayanya Kanjeng Rosululloh SAW. Aura yang ada di dalam tubuhku adalah Nur nya para Nabi. Aura pengasihanku adalah Nur nya para Wali. Dan semua Nur yang ada di alam semesta adalah kepunyaanku”.
pnebusan dengan tata cara sebagai berikut:
-Wajib berpuasa sunnah selama 1095 hari atau selama 3 tahun lamanya, mengecualikan hari raya dan Tasyrik.
-Setiap malamnya amalan ini wajib di baca sebanyak 707x.
-Setiap buka dan sahur diharuskan makan tanpa bernyawa.

sumber@Herman Wawan hermanwawan1@gmail.com

Jumat, 25 Februari 2011

PENYELARASAN ASMAK SIR LANGIT

ALAM PAMUJI RAHAYU KATUR DULUR-DULUR KWA SELURUH NUSANTARA. INSYA ALLAH KALAU MASIH ADA UMUR PANJANG.

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM……LILLAHITA’ALAA……
SAYA AKAN MENGIJAZAHKAN ASMAK SIR LANGIT, DI ACARA GATHERING JAKARTA 26 PEBRUARI 2011.
UNTUK PENYELARASAN ASMAK SIR LANGIT, SILAHKAN BAGI DULUR-DULUR KWA NANTI MENYIAPKAN AIR MINERAL 1 GELAS DAN DAUN SIRIH TEMU ROS 3 LEMBAR YANG MEMETIKNYA DARI PANG DAUNNYA JADI BUKAN DAUNYA SAJA TAPI PANGNYA/GAGANGNYA BAGI YG KURANG JELAS TENTANG DAUN SIRIH TEMU ROS BISA KONSULTASI SAMA PINI SEPUH SETEMPAT ATAU KONTAK KE SAYA.
MUDAH-MUDAHAN BERMANFAAT UNTUK KELUARGA LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT PADA UMUMNYA, ITU SAJA DARI SAYA.
NUWUN

HIZBUL QUR’AN

Assalamu’alaikum wr,wb…Segala puji bagi Allah Tuhanku dan Tuhan segala yang menjadi isi semesta ini. Yang mengumpulkan hati kita yang terserak dalam keindahan silaturahim. Semoga sholawat dan salam tetap dicurahkan kepada Junjungan kita Penutup para Nabi, pemilik Syafaat yang Utama, Pemilik rahasia Ketuhanan, Cahayanya cahaya, Tuanku dan Junjunganku Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW putra Sayyidina Abdillah bin Abdul Mutholib. ‘Amma ba’du…..